Oleh: beritajember | November 12, 2008
Ditemukan Situs Majapahit di Tamansari Wuluhan
situs-kunoBERITAJEMBER, Wuluhan—-Warga Desa Tamansari, Kecamatan Wuluhan beberapa hari terakhir ini geger. Ini menyusul ditemukannya situs tua di sana yang masih penuh tanda tanya. Seperti apa? ADA yang berbeda dengan situasi Desa Tamansari, Kecamatan Wuluhan. Jika sebelumnya desa tersebut tampak sepi, namun beberapa hari terakhir terlihat ramai. Siang malam banyak orang hilir mudik di desa itu. Situasi yang berbeda ini setelah menyebar informasi penemuan situs kuno di salah satu pekarangan Sardi, salah seorang warga setempat.
“Pengunjung hari ini tidak seberapa banyak jika dibanding dengan hari-hari sebelumnya,” kata Marsito, salah seorang warga Tamansari, Kecamatan Wuluhan kemarin. Ramainya desa yang dihimpit areal persawahan yang luas itu terjadi sejak awal bulan November ini.
Sejatinya, di desa itu banyak ditemukan bangunan-bangunan sejenis. Ini diketahui sudah lama, sejak jaman mbah buyut warga di desa itu. Namun warga tidak ada yang peduli, bahkan cenderung membiarkan bangunan tersebut. Warga hanya meyakini bahwa bangunan itu merupakan peninggalan kerajaan Majapahit. Sebab pernah ditemukan, ada sebuah batu bata merah berukuran besar dengan goresan huruf sansekerta.
“Bangunan sejenis ini memang banyak dijumpai. Sebelum ini ada di seratus meter arah kanan tempat yang sekarang digali. Ini peninggalan Majapahit, sebab ada batu bata merah dengan tulisan seperti huruf jawa kuno yang sulit dimengerti,” kata Marsito lagi.
Situs yang baru saja ditemukan itu kali berbentuk bungker. Adalah Slamet, warga setempat yang kali pertama menemukan bangunan tersebut. Awalnya dia hanya menemukan sebuah batu merah ukuran besar yang tengahnya terdapat lubang kecil.
Mendapati batu bata yang agak unik itu, dia kemudian memperlebar penggalian hingga ditemukanlan bangunan yang mirip bungker. Kabar ini pun menyebar ke seluruh warga yang lain. Mereka pun berbondong-bondong ingin menyaksikan benda bersejarah itu.
Bersamaan dengan itu pula, penggalian dilanjutkan sampai kedalaman tujuh meter. Dari situlah mulai terlihat, bahwa batu bata besar itu merupakan bagian terkecil dari sebuah bangunan. Setelah penggalian beberapa kali, terlihat ada sebuah lorong besar. Kemudian dari lorong itu muncul sebuah aliran air.
Jumlah lorong itu ada dua buah. Dan masing-masing lorong itu mengalirkan air yang sangat jernih. Di atas lorong itu terdapat tatanan batu bata merah ukuran besar. Semua tertata sangat simetris. Terlihat jelas bahwa bangunan itu sangat kuat.
Kemudian di atas sebelah kiri bangunan terdapat sebuah tumpukan batu bata besar lainnya. Namun tumpukan itu sudah membentuk delapan penjuru mata angin. Bentuknya melingkar dan masing-masing penjuru itu ditunjukkan dengan jari-jari.
Diameter penjuru mata angin itu lebih kurang mencapai 1,5 meter. Kemudian di tengahnya terdapat lubang kecil yang tembus ke bagian dasar dari mata angin tersebut. Benda ini berada di bawah permukaan tanah dengan kedalaman empat meter. Kemudian di atasnya terlihat tumpukan batu bata merah dengan ukuran yang sangat besar juga. “Fungsi mata angin ini sebagai apa, kami sendiri juga tidak tahu,” kata Sayudi, warga lainnya.
Namun, yang jelas, beberapa warga menilai bahwa bangunan itu tak lepas dari nama desa yang ada, yakni Tamansari. Apakah Tamansari itu dahulu merupakan tempat yang indah atau sebuah tempat peristirahatan, tidak ada yang tahu persis.
Sejumlah warga menilai, jika daerah itu merupakan kawasan pemukiman yang indah, dalam penemuan itu tidak ditemukan adanya serpihan atap sebuah rumah. Yang ada hanya beberapa bangunan saja. Namun di daerah itu juga terdapat sumur yang airnya sangat bersih. “Lokasinya juga tak jauh dari sini,” kata Misnan, salah seorang warga di lokasi itu.
Sedangkan jika bukan pemukiman, di tempat itu juga ditemukan sebuah kendil yang di diduga berisi abu mayat. Saat ditemukan, kendil itu sudah hancur. Dan abunya berserakan. Kejadian ini sempat mengundang reaksi dinas purbakala. Menurut warga, beberapa petugas sempat mendatangi lokasi itu meski tidak menemukan apa-apa. Dan mereka juga tidak memberikan penjelasan bangunan apa yang ada di desa itu. “Saat datang mereka mengaku dari purbakala. Tapi setelah kami tanya bangunan apa ini, mereka tidak memberikan penjelasan,” kata Sumardi, warga setempat. [jawapos.com]
Ditulis dalam Seputar Jember | Kaitkata: situs kuno, wuluhan
« KarSa-KaJi, Bersikaplah Dewasa!
Penerbangan Jember Berakhir! »
Diambil dari blog
BERITA JEMBER DOT COM.